Dunia, Manusia, dan Allah Pandangan Gerakan Zaman Baru (New Age Movement)


Hal-hal yang menjadi bahan sorotan gerakan New Age adalah kedirian manusia bersama kesatuannya dengan alam dan Allah. Mereka menggeser paradigm lama lewat pemahaman-pemahaman baru yang spektakuler. Pada bagian ini penulis hendak melihat bagaimana sebenarnya paham-paham baru mereka tersebut.
2.2.1      Manusia
Keyakinan fundamental gerakan New Age, pribadi manusia memiliki sifat ilahi sesuai dengan tingkatan-tingkatan kesadaran. Manusia harus melatih dan mengolah sifat ilahinya sendiri dengan berbagai macam teknik dan terapi, misalnya meditasi, psikoterapi, dan pengolahan tenaga dalam. Pengolahan sifat ilahi dapat juga dilakukan dengan menggunakan obat-obat terlarang maupun minuman keras, apabila hal itu mampu membuat manusia merasakan kesatuan dengan segala sesuatu atau kosmos. Pada akhirnya kesempurnaan dan pencerahan manusia dapat dicapai dengan latihan-latihan terapi dan pengolahan diri tersebut. Manusia mampu menciptakan realitas keberadaannya sendiri, termasuk keadaan sehat atau sakit. Dengan demikian manusia tidak lagi membutuhkan rahmat Allah, karena manusia mampu menyelamatkan dirinya sendiri dengan kekuatan-kekuatan yang ia miliki.[82]

Setiap pribadi manusia adalah gambaran dari seluruh ciptaan yang masing-masing bertindak seturut frekuensinya sendiri. Layaknya jaringan sistem saraf, manusia dan keseluruhan alam semesta mampu berelasi satu dengan yang lain.[83] Ketika manusia mengalami kematian, manusia dihadapkan pada serangkaian reinkarnasi ke dalam pelbagai tubuh yang lain. Tetapi hal ini tidak dimengerti sebagai lingkaran samsara, yang berarti pemurnian sebagai hukuman seturut konsep agama Buddha, melainkan sebagai suatu pengangkatan manusia secara bertahap menuju kepada pengembangan sempurna potensialitasnya.[84]
Dosa tidak ada, yang ada hanyalah pengetahuan yang tidak sempurna. Bunda Teresia dari Kalkuta dan Adolf Hitler dipandang sama sebagai manusia yang mencari kesempurnaan dan pencerahan diri. Manusia memang tunduk pada pengaruh bintang-bintang semesta, tetapi manusia juga dapat membuka keilahian dalam dirinya, sehingga mendapatkan harmoni yang sempurna antara dirinya dengan keilahian kosmik.[85] Keilahian dalam diri manusia membuat manusia tidak lagi memerlukan adanya Wahyu dan Penyelamatan, sebab hal itu datang dari luar diri. Manusia hanya memerlukan pengalaman-pengalaman pencerahan dan mendapatkan keselamatan yang tersembunyi di dalam diri sendiri.[86]
Gerakan New Age sangat mengagungkan sisi kemanusiaan. Pengagungan ini telah menjungkirbalikkan hubungan antara Sang Pencipta dengan ciptaan seturut dengan konsep iman Gereja. Konsekuensinya transendensi dan Pribadi Allah ditolak. Salah satu bentuk penolakan yang ekstrim adalah satanisme. Setan yang adalah simbol kekerasan dan kerusakan dipandang baik, serta digunakan dalam beberapa variasi musik rock yang zaman sekarang sangat digemari oleh kaula muda.[87]
 
2.2.2      Dunia
Dunia dipandang sebagai sebuah samudra energi yang membentuk hubungan antara makhluk yang satu dengan yang lain pada satu jaringan universal. Roh adalah energi yang menjiwai satu-satunya organisme yang adalah jagad raya itu sendiri. Tidak ada kelainan antara Allah dan dunia. Dunia sendiri bersifat ilahi dan sedang mengalami proses evolusi yang bergerak menuju kesadaran tertinggi dan sempurna. Dunia tidak diciptakan, ia abadi dan dapat mencukupi dirinya. Allah dan dunia, jiwa dan tubuh, intelligensi dan perasaan, langit dan bumi, semuanya adalah suatu kesatuan energi yang tak terbatas besarnya.[88]
Buku James Lovelock tentang Gaia Hypothesis mengklaim, bahwa segala sesuatu yang hidup di dunia ini, dari ikan paus sampai ke virus, dari pohon beringin sampai ke lumut, dapat dipandang sebagai sesuatu yang membentuk secara konstitutif satu-satunya entitas hidup. Segala sesuatu di dunia mempunyai inter-relasi. Pada kenyataannya setiap bagian pada dirinya sendiri adalah gambaran dari totalitas. Segala sesuatu ada dalam keseluruhan dan keseluruhan ada dalam segala sesuatu. Dalam rantai raksasa ini, segala sesuatu secara erat terkait dan membentuk satu keluarga dengan pelbagai tingkatan evolusi yang berbeda.[89]

2.2.3      Allah
Gerakan New Age mencoba untuk menghindari defenisi tentang Allah yang bersifat doktrinal dan kaku, serta yang tidak lagi memiliki afinitas. Mereka memiliki preferensi yang khusus kepada agama-agama ketimuran dan agama-agama pra-kekristenan, karena mengutamakan afeksi manusia daripada doktrin-doktrin yang sulit. Agama-agama yang mengutamakan afeksi dilihat lebih banyak berbicara tentang dimensi pengalaman manusia. Gerakan New Age mendefinisikan Allah sebagai pengalaman bukan kepercayaan, dan atas dasar itu keberadaan Allah menjadi jelas dan tidak perlu dipermasalahkan.[90]
Berpikir tentang Allah yang personal, gerakan New Age mengaitkannya dengan paham antropomorfisme. Akibatnya, mereka menolak Allah yang personal karena dianggap terlalu terbatas dan sempit. Allah juga cenderung dikaitkan dengan Hakim Agung yang menghukum manusia atas dosa-dosa. Hal ini tidak sesuai dengan keyakinan dasar gerakan New Age tentang etika dan psikologi yang sehat. Oleh sebab itu pandangan gerakan New Age tentang Allah bersifat pengalaman khas pribadi. Meskipun tidak dapat dideskripsikan seperti dalam hubungan aku-engkau antar sesama manusia. para New Agers pun menggambarkan Allah sebagai “kekuatan impersonal”.[91]
Allah bukan Pencipta dan Penyelenggara alam semesta, melainkan suatu energi impersonal, imanen dalam dunia, dengan mana ia membentuk kesatuan kosmik, sehingga segala sesuatu adalah satu. Kesatuan ini bersifat monistik, panteistik atau malah panenteistik. Allah adalah prinsip kehidupan, roh atau jiwa dunia, yakni seluruh totalitas kesadaran yang ada di dunia. Dalam arti tertentu segala sesuatu adalah Allah.[92]