Maurice Blondel dan Filsafat Perbuatan

Lahir di kota Dijon, Paris pada 2 November 1861. Blondel belajar di bawah asuhan Alex Betrand dan menyelesaikan studinya tahun 1879. Kemudian ia melanjutkan sekolah ke École Normale Supérieure di Paris sampai tahun 1885. Pada tahun 1893 ia menulis tesisnya yang berjudul L’Action; Essai d’une critique de la vie et d’une science de la pratique (Perbuatan; Percobaan untuk Menyusun suatu Kritik mengenai Kehidupan dan Suatu Ilmu Mengenai  Praktek). Kemudian ia diangkat menjadi seorang tenaga pengajar di Lille pada tahun 1895 dan di Aix-en-Provence dari tahun 1896-1927. Ia menetap di kota Aix-en-Provence hingga meninggal pada 4 Juni 1949.

Filsafat Perbuatan (L'action):
         Perbuatan sebagai ikatan substansial (vinculum substantiale):
         Kesatuan konkrit manusia secara pribadi.
         Pribadi dengan orang lain (sesama).

Perbuatan mempersatukan pikiran dan kehidupan,
kekhususan individual dan tata susunan sosial, pengenalan
dan iman kepercayaan.
        Kritik atas filsafat akademis di Paris yang jatuh pada dilema palsu: atau filsuf atau beragama.
        Kritik atas sikap nihilistis:
        perbuatan sebagai permainan, tanpa makna/tujuan, tidak mempunyai struktur, tidak mempunyai norma, tanpa problem ® Sikap acuh-tak acuh.
        Ada kemauan kuat dan mendalam dan terarah untuk menyingkirkan problem.
        Makna dan destinasi perbuatan manusia sebagai problem filosofis ® tak terelakkan:
»        Menolak memilih = pilihan.
»        Tidak menghendaki sesuatu = perbuatan kehendak.

Ada makna dan tujuan perbuatan manusia.
        Metode imanensi menuju transendensi:
         Dari dialektika perbuatan menuju yang melebihi perbuatan.
        Kesenjangan antara perbuatan dan perwujudannya.
        Antara volonté voulante (Pemenuhan total dan definitif) dan volonté voulue (Objek-objek konkrit).
         Apa sebenarnya objek tertinggi kehendak?
        Hipotese bertingkat dengan metode eliminasi (individu, sosial, manusia seluruhnya).
        Perbuatan manusia bukan tujuan terakhir.

Transendensi ilahi sebagai kepenuhan
dan tujuan terakhir manusia.
Bagaimana bisa dicapai? ® Bisa jadi Wahyu, tapi Penghayatan yang utuh dan sungguh-sungguh.