Karl Jaspers dan Filsafat eksistensi

Karl Theodor Jaspers (Jerman: jaspɐs), lahir dari pasangan Carl Wilhelm Jaspers dan Henritte Tantzen pada 23 Februari 1883 di Oldenburg, Jerman Utara. Ibunya seorang petani biasa, ayahnya seorang ahli hukum, direktur bank dan pemimpin dewan kota. Jaspers adalah seorang psikiater Jerman-Swiss dan filsuf yang memiliki pengaruh kuat terhadap teologi, psikiatri, dan filsafat modern. Ia sering dipandang sebagai eksponen utama eksistensialisme di Jerman, meski ia tidak menerima label tersebut.

Jaspers menunjukkan ketertarikan awal pada filsafat, namun karena pengaruh ayahnya yang seorang ahli hukum, mempengaruhi keputusannya, ia belajar hukum di Universitas Heidelberg Jerman. Namun Jaspers tidak terlalu menikmati pelajaran hukum, dia beralih untuk belajar kedokteran pada tahun 1902 dengan tesis tentang kriminologi. Jaspers memperoleh gelar doktor medis dari sekolah kedokteran Universitas Heidelberg pada tahun 1908 dan mulai bekerja di sebuah rumah sakit jiwa di Heidelberg. Jaspers menjadi tidak puas dengan cara komunitas medis saat mendekati studi penyakit jiwa dan memberi dirinya tugas untuk memperbaiki pendekatan kejiwaan. Pada tahun 1913 Jaspers masuk fakultas filsafat di Universitas Heidelberg. Pada tahun 1921, pada usia 38, Jaspers beralih dari psikologi ke filsafat, memperluas tema yang dia kembangkan dalam karya psikiatrinya. Dia menjadi seorang filsuf, di Jerman dan Eropa.

Setelah perebutan kekuasaan Nazi pada tahun 1933, Jaspers dianggap memiliki "noda Yahudi" (Jüdische Versippung) karena istrinya yang Yahudi. Dia dipaksa pensiun mengajar pada tahun 1937. Dia dan istrinya terus-menerus diasingkan ke sebuah kamp konsentrasi sampai 30 Maret 1945, ketika Heidelberg dibebaskan oleh pasukan Amerika. Pada tahun 1948 Jaspers pindah ke Universitas Basel di Swiss. Dia tetap menonjol dalam komunitas filosofis dan menjadi warga negara Swiss yang tinggal di Basel sampai kematiannya pada ulang tahunnya yang ke 90 pada tahun 1969.


Skema Pemikiran Karl Jaspers :
v  Dua cara orientasi dalam dunia:
          Ilmu pengetahuan positip ® aspek-aspek tertentu realitas dan dangkal (tidak definitif).
          Filsafat: bertolak dari pengalaman sebagai aku yang unik.

v  Penerangan eksistensi:
          Masuk pada diri sendiri yang paling inti (bukan sebagai objek).
          Eksistensi
        yang paling berharga dan otentik dalam diri manusia ® aku yang sebenarnya
        terbuka bagi pengalaman
        penghayatan kebebasan total mengenai inti dan jati diri manusia.
        Dapat diterangi melalui refleksi filosofis dan dikomunikasikan.
        Beda Existenz dengan Dasein:
»        Existenz: yang paling otentik dalam diri manusia.
»        Dasein: keberadaan empiris manusia.

v  Situasi batas sebagai bagian hakiki eksistensi: situasi yang tidak bisa dihindari dan ditiadakan.
          Di luar jangkauan Dasein .
       Dialami oleh eksistensi ® dengan mengalami situasi batas, eksistensi dapat menghayati dirinya sendiri sebagai eksistensi.
          Hidup dengan cara eksistensial:
       Insaf secara bebas akan sistuasi batas.
       Menghayati diri sendiri sebagai eksistensi ® menuju Transendensi.
          Mencapai eksistensi otentik dalam penderitaan, kemalangan, dan kebersalahan:
    Dengan kematian ® keberanian dan integritas (pandangan otentik tentang hal-hal yang paling penting dalam hidup).
       Kesengsaraan dan penderitaan ® mentahirkan dan jalan menuji Transedensi.

       Menerima kebersalahan ® kebebasan kita menang atas nasib melulu.