Jean Paul Sartre Ada dan ketiadaan (L’être et le néant)

Abad IX dan XX adalah abad yang sangat kaya dengan tokoh-tokoh pemikir filsafat. Pada abad ini banyak tokoh muncul dengan gagasan yang aktual pada masa itu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan sarana komunikasi serta transportasi membuat suatu gagasan cepat tersebar. Di satu pihak usaha ke arah internasionalisasi begitu kuat, tetapi di lain pihak bangsa-bangsa cenderung mempertahankan identitasnya, khususnya bahasa.

Sartre lahir dari pasangan Anne Marie Schweitzer dan Jean Baptiste pada 21 Juni 1905 di Paris Prancis. Meskipun memiliki fisik yang lemah, ia dikenal sebagai murid yang cerdas. Pada tahun 1929 mengikuti wajib militer, ditahan Nazi 21 juni 1940 hingga akhirnya melepaskan diri pada maret 1941. Ia meninggal dunia pada 15 april 1980 di rumah sakit Broussais (Paris).

 
Pemikiran Sartre :
1. Dua cara berada: être-en-soi dan être-pour-soi
A.    Perbandingan dengan Cogito ergo sum dari Descartes dan fenomen dari Husserl:
Ø  keduanya tidak sampai pada Ada-nya suatu objek.
Ø  Adanya disamakan dengan pengenalan tentang hal tsb.
B.     Kesadaran akan dunia sebagai syarat bagi kesadaran akan dirinya:
Ø  Kesadaran = kesadaran akan sesuatu yang lain.
Ø  Pengakuan Ada yang transenden.
Ø  Kesadaran tidak dapat disamakan dengan benda.
C.     être-en-soi (being-in-itself): Ada dalam dirinya; ada begitu saja; tanpa diciptakan; tidak dapat direduksi pada sesuatu yang lain.
D.    être-pour-soi  (being-for-itself): Kesadaran
E.     Kesadaran = kehadiran pada diri sendiri secara non tematis.
Ø  Sadar secara tidak langsung akan diri.
Ø  Pengandaian: yang disadari pasti bukan diri yang sadar.
Ø  Ada jarak antara yang disadari dan yang menyadari.
F.      Negativitas sebagai ciri être-pour-soi:
Ø  sadar berarti berdistansi.
Ø  Kesadaran = kebebasan.
Ø  Manusia membawa ketiadaan; penidakan.

       2. Kebebasan:
A.    Manusia adalah kebebasan → manusia dihukum untuk bebas.
B.     Kebebasan bukan salah satu ciri di samping ciri yang lain.
C.     Dalam manusia: eksistensi mendahului esensi:
Ø  Tidak pernah bisa ditentukan (selalu ada kemungkinan untuk mengatakan “tidak”.)
Ø  Man is not what he is (selama masih hidup).
D.    Kecemasan dan kebebasan:
Ø  Eksistensi saya seluruhnya tergantung dari saya.
Ø  Kesadaran bahwa masa depan saya bergantung pada saya.
Ø  Kecemasan pada umumnya: terjadi pada taraf prarefleksif.
Ø  Pelarian diri dari kecemasan (menyangkal kebebasan).

       3. Relasi-relasi antarmanusia:
A.    Neraka adalah orang lain.
B.     Relasi sebagai konflik:
Ø  kesadaran sebagai “menidak”.
Ø  Setiap kesadaran mau mempertahankan subjektivitasnya sendiri → kesadaran lain = objek.
C.     Setiap perjumpaan antara kesadaran-kesadaran adalah dialektika subjek-objek:
Ø  persaingan.
Ø  Sesama = Sorotan mata yang mengancam.
Ø  Cinta dan masokisme sebagai penghambatan.
D.    Allah sebagai ancaman kebebasan saya.