Socrates (470 s.M.-399 s.M.) merupakan filsuf Athena generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yakni Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah guru Plato, dan Plato adalah guru Aristoteles. Sumber utama pemikiran
Socrates berasal dari tulisan para muridnya, terutama Plato. Oleh sebab itu, filsafat Socrates
sebenarnya mengandung pertanyaan karena Socrates sediri
tidak pernah menuliskan buah pikirannya. Meskipun demikian, diyakini bahwa apa yang dikenal
sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya berasal dari catatan Plato.
Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama dalam karya-karyanya,
sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan
gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Metode berfilsafat Sokrates disebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan. Sebagaimana seorang bidan membantu kelahiran bayi, demikian
halnya dengan berfilsafat
yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam.
Sokrates mengejar definisi absolut tentang satu masalah
kepada orang-orang yang dianggapnya bijak, meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan malah gagal melahirkan
definisi yang ia inginkan. Cara berfilsafat Sokrates inilah yang pada akhirnya memunculkan rasa sakit hati kepada orang-orang bijak yang tidak mampu mendefinisikan pertanyaannya. Rasa sakit hati membawa
Sokrates pada ajalnya melalui peradilan dengan tuduhan
merusak generasi muda. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun
dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara,
sebagaimana ditulis Plato dalam karyanya Krito, dengan bantuan para sahabatnya. Namun Sokrates menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang
telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi
maut digambarkan dengan indah oleh
Plato dalam karyanya
Phaedo. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat.
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia
berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan
melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan
hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi
manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek
filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini
menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang
terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal
sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan
untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai
bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Pemikiran Socrates
Socrates mengobjekkan manusia dalam filsafatnya, sehingga sasaran yang
diselidiki berkembang bukan lagi tentang alam
semesta seperti pemikiran dan teori-teori sebelumnya,
melainkan diri manusia. Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal
dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang
menganggap keahliannya (tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai
keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya adalah
jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu
menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Untuk
mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus
keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah keutamaan
yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang
disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang
menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates
definisi umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan,
melainkan bagi etika. Yang diperlukan adalah pengertian-pengertian etis,
seperti: keadilan, kebenaran, persahabatan dan lain-lainya.
Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah
nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam.
Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang
bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia, maka manusia wajib
mengutamakan kebahagiaan jiwanya, lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau
kebahagiaan yang lahiriah, seperti harta. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin.
Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates
yang terkenal adalah “Keutamaan
adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik
tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan
pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal
pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Pada bagian kisah terakhir dalam hidup
Socrates, ia menyampaikan pandangan tentang apa yang terjadi sesudah mati, ia
benar-benar yakin pada imortalitas. Socrates percaya bahwa ada kehidupan
setelah mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya.
Orang mati hanya meninggalkan jasad. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum
manusia, dalam keadaan yang tidak diketahui. Meskipun roh telah berikatan dengan tubuh manusia,
namun roh akan kembali kepada asalnya
ketika manusia mati. Diwaktu orang berkata kepada
Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates ada di dalam
kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali
ke dalam laut”. Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa
adalah kekal abadi.
1 komentar:
sangat membantu (y) mstursuwun