1. Nama Metafisika
2. Kritik
atas Plato
Di antara semua traktat Aristoteles, terutama dalam Metaphiysika terdapat kritik Aristoteles
atas ajaran gurunya mengenai idea-idea atau bentuk-bentuk. Ada dua argumen yang
diterangkan Aristoteles melawan ajaran mengenai idea-idea. Dalam satu argumen,
Aristoteles menganggap Plato dan murid-muridnya memperduakan realitas dengan
cara berlebihan, karena tidak ada gunanya untuk menerima bentuk-bentuk yang
berdiri sendiri di samping banyak benda yang konkret. Suatu argumen lain
menandaskan bahwa idea atau bentuk mau tidak mau bersifat individual dan tidak
mungkin bersifat umum, sebagaimana dikehendaki Plato. Rasio manusia mempunyai
kemampuan untuk seakan-akan “melepaskan” esensi dari benda-benda konkret.
3. ”Yang Ada” Mempunyai Pelbagai Arti
Metafisika menyelidiki “yang ada sejauh yang ada”,
namun kata ada dapat memiliki bermacam-macam arti. Menurut Aristoteles arti
primer atau utama adalah ”substansi” yaitu suatu hal yang berdiri
sendiri yang dapat menerima keterangan-keterangan, sedangkan substansi itu
sendiri tidak dapat ditambahkan sebagai keterangan pada suatu hal lain.
”Aksiden-aksiden” (simbebêkos)
yaitu suatu hal yang tidak dapat berdiri sendiri, yang hanya bisa berada dalam
suatu substansi dan tidak pernah lepas darinya. Menurut Aristoteles ada 10 cara
kata “ada” dapat digunakan. Sebagai substansi, sebagai aksiden dengan sembilan
cara.
4.
Ajaran tentang Allah
Allah sebagai “penggerak pertama yang tidak
digerakkan” dan sifatnya abadi, sebagaimana juga gerak yang disebabkan olehnya.
Dalam metaphysika penggerak pertama
diterima untuk mengartikan gerak abadi yang terdapat di dunia. Penggerak ini
terlepas dari materi, memiliki kemampuan untuk bergerak. Allah sebagai
penggerak pertama tidak mempunyai potensi apa pun juga. Allah harus dianggap
sebagai Aktus murni. Allah bersifat immmaterial atau tak badani, ia
harus disamakan dengan kesadaran atau pikiran. Allah sebagai penggerak pertama
tidak mengenal atau mencintai sesuatu yang lain daripada dirinya sendiri.