1.
Adanya
idea-idea
Idea “yang bagus” merupakan “yang bagus” sendiri,
secara sempurna; tidak tercampur pada sesuatu yang lain. Plato menyebutnya
dengan idea serta eidos dan juga dengan kata morphê yang berarti
“bentuk”.
2.
Dua
Dunia
Menurut Plato realitas seluruhnya seakan-akan terdiri
dari dua “dunia”. Satu “dunia” mencakup benda-benda jasmani yang disajikan
kepada pancaindra, yang berada dalam perubahan. Contoh bunga yang hari ini
bagus keesokan harinya sudah layu. Di
samping “dunia” inderawi terdapat suatu “dunia” lain, suatu dunia ideal yang
terdiri dari idea-idea.. Dalam dunia ide tidak terjadi perubahan, sebab semua
idea bersifat abadi dan tak terubahkan. Dunia jasmani berada disebabkan oleh
dunia ide. Maka hubungan antara Ide-ide dengan realitas jasmani bersifat
sedemikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa berada tanpa pendasaran
Ide-ide. Tiap-tiap benda jasmani berpartisipasi pada satu atau beberapa Ide.
Idea merupakan model atau contoh bagi benda-benda konkret.
3.
Dua
Jenis Pengenalan
Menurut Plato ada dua jenis pengenalan. Pertama
pengenalan tentang idea-idea yang adalah pengenalan yang sebenarnya. Plato
menamakannya dengan kata epistêmê
(pengetahuan). Pengenalan ini memiliki sifat-sifat yang sama seperti
objek-objek yang menjadi arah pengenalan itu. Bagi Plato idea-idea yang menjadi
ukuran bidang pengenalan.
Pengenalan
lainnya adalah pengenalan inderawi terhadap benda-benda jasmani yang mempunyai
sifat-sifat yang selalu berubah yang tidak menghasilkan kepasatian. Plato
menamakannya dengan doxa (pendapat).
Pengenalan ini dicapai dengan pancaindra.
4.
Memperdamaikan
Herakleitos dengan Parmenides
Menurut Herakleitos semuanya senantiasa dalam perubahan;
tidak ada sesuatu pun yang tetap atau mantap, Sedangkan menurut Parmenides
pengenalan sejati itu tidak mungkin tetapi hanya berlaku pada Ide-ide
saja. Plato memperdamaikan Herakleitos dan
Parmenides dengan dua jenis pengenalan, yaitu pengenalan inderawi dan
pengenalan idea.
5.
Idea-idea
mana harus diterima
Plato menerima ide-ide etis dan matematis. Namun
ia masih bergumul dengan masalah apakah juga ada idea-idea untuk benda-benda
lain, khususnya yang disajikan pada pengenalan inderawi. Faktor penentunya
ialah bahwa idea-idea memang ada. Dengan itu filsafat Plato mendapat
fundamennya.
6.
Hirarki
Antara Idea-Idea
Plato menamakan hubungan antara idea-idea sebagai
“persekutuan” (koinônia).
Dalam Politea ia mengatakan bahwa antara
idea-idea terdapat suatu orde atau hierarki. Seluruh hierarki itu memuncak
dengan idea “yang baik”, itulah ide yang tertinggi. Dalam Sophistês, Plato menyebutkan
pada puncak “dunia ideal” terdapat lima idea (Ada, Identik, Lain, Diam dan Gerak).
7.
Mite
Tentang Gua
Mite Plato tentang penunggu-penunggu gua yang termuat
dalam dialog politeia. Mite tentang gua dimengerti sebagai dunia yang
disajikan kepada pancaindra kita. Kebanyakan orang dapat dibandingkan dengan
orang tahanan yang terbelenggu: mereka mengalami spontan begitu saja. Tetapi
beberapa orang mulai memperkirakan bahwa realitas inderawi tidak lain daripada
bayang-bayang saja. Untuk mencapai kebenaran, yang perlu ialah suatu
pendidikan; harus diadakan suatu usaha khusus untuk melepaskan diri dari pancaindra
yang menyesatkan.