Aristoteles menguraikan
pemikirannya tentang etika dalam tiga karya: Ethica Nichomachea, Ethica
Eudemia, Magna Marolia.
1.
Kebahagiaan sebagai Tujuan
Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi
ialah kebahagiaan (eudaimonia). Manusia sudah
memiliki perasaan seiring kebahagiaan yang ada. Tugas etika adalah
mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan, filsafat bermaksud praktis, bukan
teoritis.
2.
Kebahagiaan Menurut Isinya
Kebahagiaan merupakan tujuan tertinggi dalam hidup
manusia, hal ini belum cukup. Kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas
bukan dengan potensialitas belaka, karena aktus mempunyai prioritas dengan
suatu potensi. Manusia hanya disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitas
dengan baik. Atau supaya manusia bahagia, ia harus menjalankan aktivitasnya
menurut keutamaan. Hanya pemikiran yang disertai dengan keutamaan dapat membuat
manusia menjadi bahagia dan ini dilakukan dengan jangka waktu yang lama. Supaya
manusia sungguh-sungguh bahagia, perlu juga bahwa dia merasa senang dalam
menjalankan kebahagiaan. Manusia baru boleh disebut bahagia, jika ia dapat
menjalankan pemikiran yang disertai keutamaan dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Kebahagiaan adalah keadaan manusia yang bersifat stabil.
3.
Ajaran tentang Keutamaan
Aristoteles mengatakan bahwa kita memperoleh
keutamaan dengan berlaku baik. Ia mengakui bahwa ratio mempunyai peranan
terpenting dalam membentuk keutamaan-keutamaan diri.
a.
Keutamaan Moral
Aristoteles melukiskan keutamaan moral sebagai satu
sikap yang memungkinkan manusia untuk memilih jalan tengah antara dua
ekstrem yang berlawanan. Keutamaan merupakan suatu pertengahan antara kelebihan
dan kekurangan. Keutamaan merupakan suatu sikap; agar manusia betul-betul
mempunyai keutamaan, belum cukuplah jika hanya satu kali atau beberapa kali
ia memilih jalan tengah antara dua ekstrem. Jalan tengah tidak dapat
ditentukan dengan cara yang sama untuk semua orang. Dengan kata lain, jalan
tengah harus dipandang subjektif bukan dengan objektif.
b. Keutamaan Intelektual
Menurut pendapat Aristoteles, rasio mempunyai dua
fungsi. Pertama untuk mengenal kebenaran dan yang kedua memberikan petunjuk
supaya orang mengetahui apa yang harus diputuskan dalam keadaan tertentu. Ia
membedakan dua macam keutamaan yang menyempurnakan ratio: kebijaksanaan
teoritis dan kebijaksanaan praktis.
4.
Kehidupan Ideal
Aristoteles berpendapat bahwa hidup ideal adalah
hidup sebagai seorang filsuf. Alasannya karena hanya seorang filsuf yang dapat mengetahui kebenaran
dan kebijaksanaan.