Plato dan Ajaran Tentang Jiwa

             Plato sungguh tertarik membahas jiwa manusia. Ketertarikan itu muncul atas pemikiran dasar Plato yang menganggap jiwa manusia sebagai pusat atau inti diri. Oleh karena jiwa adalah inti manusia, maka inti itu harus dibahas dengan sungguh. Inilah dasar ketertarikan Plato untuk membahas tentang jiwa manusia. Bagaimana pembahasan tokoh ini? 

1.   Kebakaan Jiwa
              Menurut Plato, jiwa yang mampu mengenal idea-idea, bukan tubuh. Jika jiwa kita yang mampu mengenal idea-idea, maka jiwa juga yang memiliki sifat seperti apa yang terdapat pada idea-idea. Melalui keyakinan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa, jiwa – bertentangan dengan badan – merupakan makhluk yang tidak berubah dan tidak akan mati. Dalam dialog Phaidros, jiwa merupakan suatu prinsip yang  menggerakkan diri sendiri dan oleh karenanya juga dapat menggerakkan tubuh.Dalam dialog Gorgias, Plato mengatakan bahwa sesudah kematian, semua jiwa akan diadili; mereka yang hidup baik akan dibawa ke ”pulau-pulau yang bahagia”, sedangkan mereka yang hidup jahat akan menderita siksaan untuk selama-lamanya.

2.   Mengenal Berarti Mengingat-ingat
Bagi Plato jiwa itu tidak saja bersifat baka, dalam arti bahwa jiwa tidak akan mati pada saat kematian badan (immortal), melainkan juga bersifat kekal, karena ada sebelum diri manusia itu hidup di bumi ini. Sebelum jiwa bersatu dengan tubuh, jiwa sudah mengalami suatu pra-eksistensi, di mana ia memandang idea-idea.  Dalam dialog Menôn, Socrates menjadi juru bicara Plato yang menyodorkan suatu persoalan  geometris. Plato dapat memperdamaikan pengenalan in
derawi dengan pengenalan budi. 

3.   Bagian-Bagian Jiwa
Jiwa terdiri atas tiga “bagian”. Pertama, bagian rasional (to logistikon). Bagian ini dikaitkan dengan keutamaan maupun kebijaksanaan. Kedua, bagian keberanian (to thymoeides). Bagian ini dikaitkan dengan keutamaan, yang spesifik adalah kegagahan. Ketiga, bagian keinginan (to epithymêtikon). Bagian ini dikaitkan dengan pengendalian diri sebagai keutamaan khusus dari diri.

4.   Dualisme
Dualisme Plato adalah pendapat bahwa manusia terdiri dari dua unsur dasar, yakni tubuh dan jiwa. Tubuh dan jiwa tidak merupakan kesatuan. Dalam hal ini, Plato mengambil alih perkataan yang sudah lazim dipakai dalam mazhab Pythagorean bahwa tubuh adalah kubur bagi jiwa (sôma sêma) dan bahwa jiwa berada dalam tubuh bagaikan dalam penjara.

5.   Jiwa Dunia
Dalam Timaios, Plato menghidangkan kosmologinya, membandingkan jagat raya sebagai makrokosmos dengan manusia sebagi mikrokosmos. Dengan itu ia mengambil alih suatu prinsip yang sudah tertanam kuat dalam tradisi Yunani sejak Anaximenes.