Plato (427-347 s.M.) adalah seorang filsuf Yunani yang berasal dari Athena. Ia mendirikan sebuah sekolah di tempat asalnya yang diberi nama “Akademia”. Sokrates menilai Plato sebagai muridnya yang termasyur. Dari sebab itu, pemikiran Plato dalam seminar-seminarnya selalu diikuti oleh Sokrates. Plato berasal dari keluarga aristokrat, yakni politikus besar Athena. Cita-cita besar Plato adalah mengajarkan
filsafat kepada semua orang, terutama kepada orang-orang muda. Keinginan itu mendorong dia untuk mendirikan
perguruan tinggi yang pertama, yang boleh dianggap sebagai pelopor lahirnya universitas-universitas pada Abad Pertengahan dan zaman modern.
Karya-karya
1.
Otentisitas
Daftar ini menyebutkan 36 karya Plato (surat-surat dihitung
sebagai satu karya) yang terbagi atas 9, ”tetralogis” (grup yang meliputi empat
karya). Kebanyakan ahli sepakat mengatakan bahwa dari 36 karya itu ada enam
dialog yang tidak dapat dianggap otentik, yaitu: Alkibiadês II, Hipparkhos, Erastai, Theagês, Klitophôn, Minos. Dan
ada enam karya lain lagi yang otentisitasnya dipersoalkan: Alkhiadês I, Iôn, Menexênos, Hippias Maior, Epinomis, Surat-surat.
Surat-surat ini merupakan dokumen-dokumen utama yang
utama yang masih dimiliki. Sekarang ini kebanyakan sejarawan menerima surat VI,
VII,dan VIII sebagai otentik. Otentisitas Surat I secara umum ditolak dan Surat
XII sangat diragukan. Namun, semua itu merupakan dokumen-dokumen utama yang
kita miliki mengenai riwayat hidup Plato.
2.
Kronologi
Apabila kita berhasil menentukan suatu urutan
kronologis bagi karangan-karangan Plato, mungkin terbuka jalan untuk
menyelidiki apakah terdapat suatu perkembangan dalam pemikiran Plato, sebab
jika urutan kronologis itu tidak dapat dipastikan, penyelidikan mengenai
perkembangan dalam pemikiran Plato tidak
mempunyai dasar yang teguh dan tidak dapat melebihi dari taraf dugaan saja.
Dengan menyelidiki secara terperinci gaya bahasa yang digunakan dalam
dialog-dialog Plato, para sarjana menentukan bahwa sekelompok dialog (Sophistês,
Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi) telah dikarang dalam periode
lain daripada dialog-dialog lain. Keenam dialog ini disimpulkan, ditulis Plato
dalam periode terakhir hidupnya. Dialog-dialog Plato dibagi atas tiga periode:
- Apologia, Kritôn, Eutyphrôn, Lakhês, Kharmidês, Lysis, Hippias Minor, Menôn, Gorgias, Protagoras, Euthydêmos, Kratylos, Phaidôn, Symposion. (Beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog-dialog ini sudah ditulis sebelum kematian Sokrates , tetapi kebanyakan berpikir bahwa dialog pertama ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates).
- Politeia, Phaidros, Parmenidês, Theaitêtos (Theaitêtos dan parmenidês ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke Sisilia, tahun 367).
- Sophistês, Politikos, Philebos, Timaios, kritias, Nomoi (Dialog-dialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai).
Sifat Khusus Filsafat Plato
1.
Bersifat
Sokratik
Pertemuan Plato dengan Sokrates gurunya merupakan peristiwa
yang menentukan, bahkan merubah hidup Plato. Menurutnya, Sokrates adalah orang yang
paling baik, paling bijaksana, paling
jujur, dan manusia yang paling adil dari seluruh manusia sezamannya. Dalam karya-karya
Plato, Sokrates diberi tempat yang sentral, dan memainkan peranan yang dominan.
Hermann Diels mengatakan bahwa Plato seakan-akan bersumpah untuk membuat nama
Sokrates menjadi “immortal”. Berdasarkan hal ini, filsafat Plato menjadi bersifat sokratik.
Plato sangat sedih karena justru rezim demokratislah yang menghukum dan membunuh gurunya yang tercinta itu. Seluruh
filsafat Plato dilihat sebagai refleksi atas peristiwa yang menyedihkan yang merenggut nyawa gurunya itu. Melalui kematian Sokrates, Plato meyakini bahwa negara Athena pasti tidak beres. Maka, sebagai seorang filsuf, ia menaruh hampir seluruh perhatiannya kepada negara. Bagaimana seharusnya negara ideal? Sebuah pertanyaan yang dijawab Plato dalam dialog politeia, yang oleh banyak ahli
sejarah filsafat dianggap sebagai karya sentral dan seluruh pemikiran Plato.
Dan dialog panjang yang berjudul Nomoi, yakni karya terakhir yang ditulis
Plato dan yang diedarkan oleh para muridnya sesudah ia meninggal - membicarakan juga soal negara. Plato menekankan kepada masarakat Athena supaya hanya para filsuflah yang harus dijadikan penguasa negara. Penekanan ini boleh dipandang
sebagai buah hasil refleksi Plato atas kematian Sokrates.
2.
Filsafat
Sebagai Dialog
Semua karya
yang ditulis Plato merupakan dialog-dialog, kecuali surat-surat dan apologia.
Ia merupakan filsuf pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog
sebagai bentuk sastra untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya. Apa sebabnya
Plato senang menulis karyanya dalam bentuk dialog?
- Plato mempunyai hubungan erat dengan sifat ”Sokratik”
yang telah diuraikan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa tidak ada bentuk
sastra yang lebih cocok untuk menghormati Sokrates daripada dialog.
- Plato berkeyakinan bahwa filsafat menurut intinya
tidak lain daripada suatu dialog. Berfilsafat berarti mencari
kebijaksanaan atau kebenaran, yang sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam
suatu dialog, di mana orang A dapat mengoreksi orang B dan sebaliknya.
Karena karangan filsafat Plato berupa dialog, maka
uraian pemikirannya kurang bersifat sistematis menurut para ahli. Filsafat Plato
menyajikan rupa-rupa pokok yang menyangkut seluruh ilmu pengetahuan pada waktu
itu, namun tidak ada satu pokok yang dipercakapkan secara sistematis.
1 komentar:
good articel